Dibawah Terik Matahari, Warga Desa di Banjarnegara Gelar Tradisi Ujungan – Dibawah sinar matahari, masyarakat di Desa Kemranggon, Kecamatan Susukan, Banjarnegara mengadakan kebiasaan Ujungan. Kebiasaan yang dikerjakan tiap-tiap musim kemarau ini ditujukan untuk menyebut hujan.
Salah seseorang di antarnya Suyadi (50). Dengan kenakan ikat kepala serta pelindung tangan, ia siap-siap untuk lakukan kebiasaan ujungan, Jumat (28/9/2018). Di tangan kanannya, ia membawa rotan selama 80 cm.
Dalam kebiasaan ini, dua orang pemain sama-sama jam dengan memakai rotan. Tapi, tujuan jam tidak bisa asal-asalan. Cuma dibagian lutut ke bawah.
Sabetan untuk sabetan serta tindakan sama-sama serang antar dua pemain dalam kebiasaan Ujungan ini juga tidak teralakan. Menariknya, sekalian menanti lawan meleng, mereka sama-sama menari ikuti musik gamelan yang menemani saat kebiasaan ujungan ini diselenggarakan.
“Dalam kebiasaan ujungan, cuma bisa memukul sisi kaki yaitu dari lutut ke bawah,” papar Suyadi, selesai lakukan kebiasaan Ujungan.
Dalam kebiasaan ini dapat ada wasit untuk mengatur jalannya laga. Salah satunya disebutkan kalah oleh wasit bila tampak tidak berkapasitas.
“Bila salah satunya telah tampak tidak berkapasitas, dihentikan. Serta ditukar laga yang lain,” terangnya.
Walau mendapatkan sabetan dengan memakai rotan, ia mengakui tidak rasakan sakit. Tidak hanya telah terlatih, sebelum lakukan kebiasaan Ujungan ini dianya telah lakukan persiapan. Diantaranya dengan lakukan puasa 3 hari.
Ia serta masyarakat yang lain yakin, kebiasaan yang dikerjakan sejak dahulu ini dapat menghadirkan hujan. Sampai sekarang ini, di desanya telah 5 bulan belum turun hujan.
“Telah lima bulan belumlah hujan. Walau sebenarnya, beberapa petani telah saatnya untuk kembali menanam padi,” katanya.
Wasit kebiasaan kesenian Ujungan, Edi Sutrisno menyampaikan pemain cuma diijinkan memukul dari lutut ke bawah. Walau beberapa pemain dalam kesenian ini, akan tetapi cuma dapat dikerjakan bergantian, yaitu satu lawan satu.
“Menariknya lagi, sesudah tuntas mereka sama-sama salaman serta berpelukan. Tidak ada dendam diluar lapangan,” tuturnya.
Umumnya, beberapa pemain lakukan ritual terlebih dulu sebelum ikuti kebiasaan ini. Hingga, walau terserang sabetan keras di bagian kaki tidak rasakan sakit.